Senin, 14 Desember 2015

Konsep Dasar Program KKB Nasional

1.    Penduduk adalah :
Warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia
2.    Kependudukan :
Hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktural, pertumbuhan, penyebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas dan kondisi kesejahteraan, yang menyangkut bidang politik, ekonomi sosial budaya, agama dan lingkungan penduduk setempat.
3.    Perkembangan Kependudukan dan pembangunan keluarga:
Adalah upaya terencana untuk mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang dan Mengembangkan Kualitas Penduduk pada seluruh dimensi penduduk.
4.    Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
5.    Keluarga berkualitas :
Adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera sehat, maju, mandiri, religius, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
6.    Ketahanan dan kesejahteraan keluarga:
Adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik-materil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dari keluarga untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir batin, bertakwa kepada Tuhan yang Maha esa.
7.    Penduduk rentan
Adalah penduduk yang dalam berbagai materinya tidak atau kurang mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensinya sebagai akibat dari keadaan fisik dan atau non fisiknya.
8.    Pendewasaan Usia Perkawinan
Pendewasaan usia perkawinan adalah sebagai upaya untuk meningkatkan usia kawin pertama bagi pria pada usia paling sedikit 25 tahun dan bagi wanita 21 tahun. Pertimbangan ini didasarkan pada kematangan fisik dan mental untuk membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera.
9.    Pengaturan kehamilan
Adalah upaya membantu pasangan suami istri untuk :
·                   Melahirkan pada usia yang ideal antara 20 – 30 tahun.
·                   Memiliki jumlah anak 2
·                   Mengatur jarak kelahiran anak yang ideal dengan jarak antara 3-4 tahun,
          dengan menggunakan cara, alat dan obat kontrasepsi.
10.  Apa yang dimaksud dengan Ketahanan Keluarga
Ketahanan keluarga dimaksudkan sebagai kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan (kemampuan fisik-materil dan mental spiritual) sehingga mampu hidup mandiri dan mampu mengembangkan diri beserta keluarga untuk hidup harmonis mengembangkan diri beserta  keluarga untuk hidup harmonis mengembangkan diri beserta keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

11.  Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kelahiran, hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (UU NO 52 Tahun 2009)

Jumat, 11 Desember 2015

Sejarah Perkembangan Program KB Nasional



Sejarah Perkembangan Program KB Nasional

Upaya pengaturan kehamilan/kelahiran telah lama dikenal hampir lebih 100 tahun yang lalu. Pengaturan kehamilan telah dirintis oleh Margaret Sanger seorang perawat kandungan di New York pada 1883-1966 yang karena perjuangannya Margaret Sanger disebut sebagai Ibu KB Internasional.
Pelaksanaan Program KB merupakan proses yang panjang dan memerlukan perjuangan dan pengorbanan baik moril, maupun materiil karena pelaksanaan dimulai dari belum diterimanya pengaturan kehamilan oleh banyak kalangan. Secara kronologis rangkaian perjuangan pengembangan sosialisasi penerangan program KB sebagai berikut :
1992    : Anggota Gerakan Birth Control Amerika
1913    : Belajar di Eropa
1914    : “The Women Rebel”
1914    : “Family Limitation”
1916    : Klinik Birth Control, Brooklyn, New York
1921    : American Birth Control League
1952    : International Planned Parenthood Federation (IPPF)
Yang mendasari pemikiran pelaksanaan program KB pada saat itu sangan sederhana, pengaturan kehamilan didasari oleh banyak kasus Kematian pada ibu saat melahirkan. Dibawah ini beberapa yang mendasari pelaksanaan program KB:
1.    Banyaknya kehamilan yang tak diinginkan
2.    Tidak tersedianya cara/alat pengaturan kehamilan
3.    Pada waktu itu pengaturan kehamilan bertentangan perundang-undangan yang berlaku.
Bagaimana perkembangan KB di Indonesia?
Di Indonesia program KB dikenalkan pada Tahun 1950, pada saat itu KB merupakan kegiatan Dokter secara perorangan di Jogjakarta, Semarang, Surabaya, Jakarta dan Bandung. Pemerintah dan masyarakat tidak mendukung kegiatan KB.
Pada tahun 1957 secara kelembagaan melalui berdiri Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang didirikan  dan ketuanya Dr. R. Soeharto. Saat itu KB merupakan usaha untuk mensejahterakan keluarga melalui pengaturan kehamilan dengan cara-cara yang dapat diterima oleh mereka yang melaksanakannya.
Sejalan dengan perkembangan masalah kependudukan yang terjadi secara internasional, tahun 1967 Indonesia menandatangani Deklarasi Kependudukan Dunia, Indonesia merupakan negara mendukung pelaksanaan Program KB, sehingga setelah itu dibentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) melalui SK Menteri Kesejahteraan Rakyat.
Perkembangan program KB makin dibutuhkan sehingga pada tahun 1968 program KB dicanangkan sebagai Program Nasional sedangkan kelembagaan KB (LKBN) dirubah menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dibentuk melalui Keppres 8/1970.
Untuk memperkuat kelembagaan pengelola KB tahun 1970 Pembentukan BKKBN dimulai diwilayah Jawa-Bali (1970) kemudian pada tahun 1974 dikembangkan pembentukan BKKBN LJB I dan BKKBN LJB II tahun 1979.
Pelaksanaan Program KB selama ini selalu mengacu kepada kebijakan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan perkembangan paradigma baik secara nasional, regional maupun internasional. Paradigma program KB yang pada awalnya menekankan pada aspek demografis pada perkembangan selanjutnya berubah.
Perubahan paradigma ini lebih dipengaruhi oleh berbagai kesepakatan mengenai masalah-masalah kependudukan serta perubahan sistem pemerintahan di Indonesia antara lain:
1.    Kesepakatan dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development) di Kairo tahun 1994.
2.    Desentralisasi, yang melimpahkan sebagian kewenangan di bidang Keluarga Berencana kepada pemerintah Kabupaten dan Kota.
Dalam uraian berikut akan dijelaskan tentang perkembangan program KB sebelum dan sesudah ICPD serta setelah era desentralisasi.
Program KB di Indonesia sebelum dan sesudah ICPD tahun 1994 mengalami perubahan secara nyata melalui dari perubahan pendekatan program sampai kepada pelaksanaan di tingkat lini lapangan.
a.    Sebelum ICPD 1994
Sebelum kesepakatan ICPD tersebut, yaitu  pada kurun waktu tahun 70-an sampai 90-an awal, program KB sangat menekankan pada aspek demografis yaitu pengendalian angka kelahiran. Hal ini menjadi dasar pelaksanaan program di lapangan yang menekankan kepada pencapainan peserta KB yang terus meningkat dengan berbagai upaya melalui dari komunikasi, informasi dan Edukasi (KIE)/penyuluhan, penggerakan masyarakat sampai pelayanan dan pembinaan. Meskipun dilakukan dengan perencanaan yang baik antar semua sektor, upaya untuk memperoleh peserta KB ini sering kali dianggap oleh sebagian orang dilakukan dengan penuh pemaksaan. Atau melanggar hak asasi manusia. Pelaksanaan safari KB pada masa lalu misalnya sering dianggap massal sehingga tidak memperhatikan persyaratan pelayanan yang benar seperti KIP/Konseling serta penapisan yang kurang tepat.
Contoh lain pemakaian kontrasepsi yang diarahkan kepada satu jenis alat/metode kontrasepsi tertentu, seperti adanya istilah Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Selain daripada itu pada kurun waktu tersebut masalah kesehatan reproduksi dari seksual belum mendapatkan perhatian bahkan oleh sebagian orang dianggap tabu dibicarakan. Penanganan kesehatan reproduksi ICPD 1994 belum secara tegas mencakup pelayanan kesehatan pada seluruh siklus kehidupan manusia yang terintegrasi dalam pelayanan KB dan pelayanan kesehatan lainnya.
Dalam upaya Peningkatan Pendapatan Keluarga (UPPKS), kelompok yang dibentuk terdiri dari kaum perempuan saja karena program ini memang diarahkan untuk mengembangkan potensi kaum perempuan ke arah peningkatan ekonomi produktif. Perempuan diharapkan mempunyai kemampuan yang dapat diandalkan melalui dari hanya sekedar bersosialisasi di luar lingkungan keluarga sampai kepada mencari relasi untuk pemasaran produknya. Kemampuan seperti ini yang diharapkan dapat meningkatkan keterpurukan posisi perempuan dalam keluarga.
b.    Sesudah ICPD 1994
Pasca ICPD 1994 setiap negara mengadopsi hasil kesepakatan konferensi tersebut dalam kebijakan dan pelaksanaan programnya. Tidak terkecuali di Indonesia, paradigma program KB bergeser dari pendekatan kesehatan reproduksi, kesehatan gender dan pemberdayaan perempuan.
Khusus dalam pelayanan KB, pelayanan tidak hanya di tunjukan untuk penurunan angka kelahiran semata namun dikaitkan pula dalam tujuan untuk:
1.    Pemenuhan hak-hak reproduksi
2.    Promosi, pencegahan dan penanganan masalah-masalah kesehatan reproduksi dan seksual.
3.    Kesehatan dan kesejahteraan ibu bayi dan anak.
Dengan demikian program pelayanan KB dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari persoalan kesehatan reproduksi lainnya seperti Kematian maternal dan neonatal, kesehatan dan kehidupan seksual, maupun epidemik HIV/AIDS serta masalah-masalah kehidupan seksual dan reproduksi remaja.
Kesehatan Reproduksi Remaja perlu dibahas secara terbuka dan jelas antara orang tua dan anak remajanya serta tidak lagi dianggap tabu sehingga remaja mencari informasi di antara teman remaja lainnya. Untuk itu orang tua sangat penting memahami secara tepat tentang kesehatan reproduksi remaja yang dapat diperoleh dari berbagai sumber informasi yang tepat pula. Salah satu yang telah di kembangkan antara lain melalui Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK – Remaja) Serta Keluarga Peduli Remaja. Pemahaman yang kurang tepat di kalangan remaja sering menyebabkan terjadinya salah gaul di antara remaja antara lain dengan terjadinya seks bebas dan kehamilan pra-nikah.
Dalam peningkatan kualitas keluarga, Program KB Nasional memperhatikan pentingnya diupayakan berbagai program dan kegiatan yang memperhatikan pemberdayaan perempuan serta terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender. Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) selain merupakan contoh upaya pemberdayaan perempuan juga diarahkan sebagai upaya untuk mendorong terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender antara perempuan dan laki-laki dalam keluarga dan masyarakat. Perempuan bukan lagi hanya penunggu rumah, atau tidak hanya identik dengan ranah domestik seputar rumah saja, tetapi juga mempunyai kemampuan dan peran yang dapat diandalkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Demikian halnya dalam pengasuhan anak dan bimbingan bagi remaja, upaya kesertaan gender penting diperhatikan. Anak dan remaja bukan semata tanggung jawab dan urusan ibu  melainkan merupakan tanggung jawab bersama bapa dan ibu. Selain itu peluang dan kesempatan yang sama perlu diberikan kepada anak laki-laki dan perempuan dalam pendidikan dan sosialisasi.

Pemahaman terhadap seimbangnya peran dan tanggung jawab antara suami  dan istri dalam keluarga serta pentingnya perlakuan yang sama antara anak laki-lai dan perempuan inilah yang selalu diupayakan melalui berbagai kegiatan KIE selama ini. Tanggung jawab laki-laki dalam keluarga berencana juga menjadi perhatian khusus karena masih sangat rendahnya partisipasi sebagai peserta KB.

IKRAR LASKAR KKBPK

" IKRAR LASKAR KKBPK "

KAMI LASKAR KKBPK
SIAP BERUBAH TINGKATKAN ETOS KERJA
DAN GOTONG ROYONG MENJUNJUNG TINGGI INTEGRITAS...
BERHATI PUTIH BERKEMAUAN BAJA
BERSEMANGAT ELANG RAJAWALI
BERJIWA API YANG MENYALA NYALA...
SALAM PETUGAS KB
SEHAT.. SEMANGAT.. LUAR BIASA...
Bandung, 30 November 2015



IKRAR yang di bacakan pada acara TEMU AKBAR di SABUGA Bandung 

Sabtu, 05 Desember 2015

UPPKS

Kapan UPPKS hadir?
Dimulai sejak tahun 1979 melalui wadah UPPKA (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor) dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera). Sejak tahun 1994 berkembang menjadi UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera)
Di mana UPPKS berada?
Kelompok UPPKS tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Data Kelompok UPPKS dapat diakses melalui Wet Online BKKBN. http://databasis.bkkbn.go.id/uppks
Siapa saja anggota Kelompok UPPKS
Terdiri atas para peserta KB khususnya keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I, maupun keluarga yang belum menjadi peserta KB peserta KB pria, dan Remaja serta masyarakat sekitarnya yang berminat untuk ikut mengembangkan kegiatan Kelompok UPPKS tersebut.
Bagaimana UPPKS melakukan aktivitasnya?
Kelompok UPPKS melalui perangkat BKKBN didorong, diajak, difasilitasi dan didampingi untuk memanfaatkan segala sumber daya lokal (bahan baku, keahlian/kemampuan anggota, permintaan pasar, sumber pembiayaan dan lain sebagainya) untuk melakukan kegiatan pembelajaran dan atau peningkatan kegiatan ekonomi produktif.
Peningkatan kapasitas kemampuan anggota dan kelompok menjadi salah satu fokus kegiatan, di samping memfasilitasi mengakses modal kerja dari mitra serta menjalin kemitraan dengan elemen pendukung usaha dari berbagai kalangan di tingkat lokal maupun nasional.
Sumber Permodalan
APBN - APBD I, II – PEGADAIAN (KRISTA) – BRI (KUR) – PMPN MANDIRI – BANK MANDIRI
Pada sasarnya, setiap Kelompok UPPKS diharapkan pada akhirnya untuk mandiri, namun demikian BKKBN dapa memfasilitasi bantuan modal usaha yang bersumber dari berbagai pihak antara lain dari Swadaya, APBN/APBD, Perbankan, BUMN/BUMD, dan Dana Program Pemerintah, Sektor Swasta /CSR. Untuk bisa memperoleh bantuan modal usaha, Kelompok UPPKS harus terdaftar dalam Data basis Kelompok. Agar dana dimanfaatkan secara bertanggung jawab, maka bantuan/kredit yang benar-benar mempunyai kegiatan usaha ekonomi produktif dan dikelola sebaik-baiknya.
Sistem pembianaan
Pembinaan diharapkan dilaksanakan oleh BKKBN bekerjasama dengan lintas sektor terkait pusat/daerah, perguruan tinggi dan lembaga pemberdayaan masyarakat.
PLKB/PKB, Kader KB dan pendamping yang kemampuan untuk memotivasi Kelompok UPPKS sangat berperan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berwirausaha dan meningkatkan cakupan dan kualitas kelompok UPPKS, karena unsur-unsur tersebut berhubungan langsung dan sebagai petugas lini lapangan terdepan dalam membina dan mendampingi usaha kelompok UPPKS.
Keberhasilan usaha Kelompok UPPKS menjadi bahan pembinaan bagi para pembina yang pada akhirnya mengarahkan anggota kelompok menjadi peserta KB Mandiri, peserta KB Lestari dan menjadi motivator KB di wilayahnya.

PRODUK UPPKS

Jumlah Penduduk Jawa Barat


JUMLAH PENDUDUK

JAWA BARAT

 

Sumber : Sensus Penduduk


Tahun


Penduduk


1971


21.623.529


1980


27.453.525


1990


35.384.352


1995


39.206.787


2000


35.729.547


2010


43.053.732


 


TFR (Total Fertiliti
Rate)


SDKI 1991


3,37


SDKI 1994


3,17


SDKI 1997


3,0


SDKI 2002/03


2,8


SDKI 2007


2,6


 


CPR

(Contraceptive Prevelance Rate)


SDKI 1991


51,0


SDKI 1994


56,7


SDKI 1997


57,6


SDKI 2002/03


59


SDKI 2007


61,1

Selasa, 01 Desember 2015

BUKU PEGANGAN KADER KB






TEHNIK MOTIVASI



BAB I
PEDAHULUAN


Mempelajari motivasi berarti mempelajari kebutuhan-kebutuhan dasar manusia yang dapat mendorong untuk melakukan sesuatu. Dengan mengetahui kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut dan dengan menggunakan teknik-teknik motivasi yang dapat mendorong perubahan sikap dan perilaku seseorang, akan menunjang tercapainya komunikasi yang efektif.
Anda sebagai petugas Gerakan KB Nasional harus mampu menguasai teknik-teknik motivasi yang akan mendorong prakarsa kader, calon peserta KB, peserta KB dan tokoh masyarakat untuk melaksanakan pelayanan oleh dan untuk masyarakat.
Dengan melaksanakan “Teknik Motivasi” dalam pelaksanakan komunikasi terutama yang menggunakan pendekatan individu dan kelompok maka efektivitas komunikasi tersebut dapat dicapai dan ditingkatkan, hal tersebut diperlukan untuk mantapnya penerimaan dan menumbuh kembangkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Gerakan KB Nasional.


BAB II
KONSEP MOTIVASI


1.    Apa yang dimaksud dengan Motivasi ?
Motivasi adalah dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu yang disebutkan karena adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
2.    Apa yang menjadi tujuan dengan memotivasi seseorang ?
Memotivasi seseorang berarti kita memberi pengertian tentang sesuatu agar orang tersebut mengerti dan tumbuh kesadarannya, menerima dan terdorong atau tergarak untuk melakukan sesuatu.
Dengan demikian tujuan dilakukanya motivasi yaitu untuk mengarahkan, mendorong dan menggerakan seseorang atau kelompok untuk melakukan sesuatu.
3.    Ada beberapa jenis motivasi yang pokok ?
Jenis-jenis motivasi ada 2 macam :
a.    Motivasi berasal dari dalam diri seseorang yang tidak dipengaruhi oleh faktor diluar dirinya.
Contoh : kebutuhan memperoleh pangan, kebutuhan memperoleh keamanan.
b.    Motivasi yang timbul pada diri seseorang  akibat pengaruh dari luar.
Contoh : ikut KB karena mendengar cerita dari orang lain, menggunakan alat kosmetik karena oleh iklan.
4.    Apa fungsi Motivasi itu ?
Fungsi Motivasi adalah :
a.    Sebagai unsur penggerak/pendorong
Contoh : belum mau ikut KB, kemungkinan dimotivasi, akhirnya ikut KB tanpa paksa.
b.    Sebagai unsur pemantap
Contoh : belum yakin mengikuti KB, setelah dimotivasi akhirnya ikut KB mantap/MOW/P.
c.    Sebagai unsur pengayom
Contoh : sudah ikut KB tapi masih merasa was-was, setelah dimotivasi menjadi yakin bahwa ber KB itu benar, aman dan tidak mebahayakan jiwanya.
d.    Sebagai unsur penggerak semangat
Contoh : yang semula masih pasif dalam gerakan KB, setalah dimotivasi menjadi ikut aktif dalam gerakan KB.
5.    Siapa saja yang menjadi sasaran motivasi ?
Yang menjadi sasaran motivasi pada dasarnya ada dua, yaitu :
Ø  Sasaran tidak langsung, contoh Tokoh masyarakat, Generasi Muda, Tokoh Agama, Tokoh adat dan lain-lain.
Ø  Sasaran langsung, contoh PUS, peserta KB, Ibu balita dan Ibu menyusui.



BAB III
LANGKAH-LANGKAH MOTIVASI


1.    Langkah-langkah apa yang perlu dilakukan dalam pengenalan sasaran motivasi ?
Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum memotivasi, adalah :
a.    Mengetahui sasaran yang perlu akan dituju, misalnya melihat daftar sasaran.
b.    Mengetahui ciri-ciri khusus sasaran, misalnya adat istiadat, bahasa, dan sebagainya.
c.    Mengetahui wilayah sasarah, misalnya daerah industri, daerah kumuh dan sebagainya.
d.    Megenali tokoh yang berpengaruh, misalnya : siapa yang menjadi tokoh adat, siapa yang menjadi tokkoh agama dan sebagainya.
2.    Langkah –langkah apa yang diperlukan dalam pelaksanaan motivasi ?
Langakah langakh dalam motivasi :
a.    Persiapan, yaitu mempersiapkan materi dan alat bantu dalam bersikap dan beritngkah laku sesuai dengan sasaran.
b.    Pelaksanaan
Agar pelaksanaan motivasi dapat berhasil perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.    Menciptakan suasana akrab, agar pesan yang akan disampaikan mudah diterima.
2.    Memilih waktu yang tepat/cocok.
3.    Meyakinkan sasaran untuk mempercayai saudara.
4.    Isi pesan jangan sampai bertentangan dan menyimpang norma adat istiadat kelompok.
5.    Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah diterima oleh sasaran.
6.    Usahakan agar saudara dapat ikut membantu memecahkan masalah yang dihadapi sasaran.
Contoh : waktu berkunjung anda mendapatkan anak dari ibu yang akan dimotivasi sedang kena diare, buatkan larutan gula garam dan berikan kepada Ibu untuk diminumkan pada anaknya. Sedangkan cara melaksanakan motivasi yang baik adalah :
Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Memulai awal pembicaraan yang sesuai dengan kebutuhan sasaran
Menyampaikan pesan tertentu
Melakukan tanya jawab
Membuat kesimpulan, apakah sasaran ragu-ragu, menolak atau menerima
Mengucapkan terima kasih, salam terakhir.
c.    Langkah tindak lanjut :
Ø  Mengunjungi kembali sasaran yang telah dimotivasi, apakah dia telah melaksanakannya.
Ø  Melakukan pembinaan dengan tujuan agar sasaran lebih mantap.



BAB IV
TEKNIK DAN BENTUK MOTIVASI


1.    Apa yang dimaksud dengan tkenik motivasi ?
Teknik motivasi adalah upaya/cara yang dilakukan seseorang motivator untuk memotivasi pada seseorang.
2.    Ada beberapa macam teknik motivasi itu ?
Ada 4 (empat) macam teknik Motivasi yang lazim dikenal yaitu :
a.    Teknik persuasif edukatif (membujuk/mengajak)
b.    Teknik tekanan kelompok
c.    Teknik penerangan/penyadaran
d.    Teknik imbalan/kompensasi.
a.      Teknik persuasif edukatif.
Yaitu suatu cara memotivasi sasaran dengan membujuk dan mengajak sasaran agar setuju degan norma-norma panutan, yang selanjutnya bersikap dan perperilaku seperti yang kita harapkan.
Contoh : seorang ibu yang menggunakan waktu luang untuk memperoleh pendapatan keluarga, tidak dapat melaksanakannya oleh karena terlalu sering melahirkan. Teknik motivasi untuk ibu tersebut adalah persuasif edukatif dan mengajak ibu tersebut agar tidak terlalu sering melahirkan dengan iktu ber-KB.
b.      Teknik tekanan kelompok
Yaitu suatu teknik motivasi yang dilakukan untuk membangkitkan minat seseorang atau sekelompok orang secara tidak langsung agar bersikap positif sesuai dengan sikap yang ditampilkan kepada anggota kelompok.
Contoh : seorang anggota kelompok yang belum mau ber KB dengan IUD, perlu dilakukan teknik motivasi dengan memberitahukan kepadanya bahwa semua anggota kelompoknya sudah menggunakan IUD, dan mendapat kemudahan-kemudahan seperti : pelayanan kesehatan
c.      Teknik penerangan/penyadaran.
Yaitu suatu cara motivasi yang dilakukan dengan memberikan penerangan atau informasi yang seluas-luasnya.
Contoh : ada peserta KB yang mengalami komplkasi, perlu diberikan penjelasan yang seluas-luasnya tentang efek samping alat kontrasepsi yang dipakainya; bukan hanya segi positifnya (kebaikannya) tetapi juga kekuranggannya. Dengan demikan mereka akan tetap menjadi peserta KB yang lestari.
d.      Teknik imbalan/kompensasi.
Yaitu suatu cara motivasi yang dilakiukan dengan cara memberi imbalan/kompensasi baik berupa materi maupun bukan materi (kepuasan, kebanggaan, keamanan dan lain-lain).
Contoh : peserta KB lestari mendapat penghargaan, keompok akseptor yang berhasil mendapat pinjaman untuk mengembangkan usaha (UPPKA) dan sebagaiya.
3.    Berupa apa saja bertuk motivasi itu ?
Berntuk-bentuk motivasi ada 3 (tiga) macam :
a.        Motivasi perorangan
Yaitu proses untuk mendorong atau merangsang seseorang dengan memberikan informasi dengan tujuan agar orang tersebut mau melaksanakannya.
b.        Motivasi kelompok
Yaitu bentuk motivasi yang ditujukan kepada sekelompok sasaran yang sama, sehingga isi pesan dapat diterima secara bersama oleh kelompok.
c.        Motivasi massa
Yaitu yang ditunjukan kepada sejumlah sasaran yang tersebar, sehingga isi pesan dapat dierima secara serentak meskipun pada tempat yang berbeda. Motivasi massa biasanya menggunakan alat.media massa seperti, radio, televisi, surat kabar dan lain-lain.



BAB V
FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT MOTIVASI


1.    Apa saja yang menjadi hambatan motivasi ?
Hambatan motivasi antara lain adalah :
a.        Motivator sendiri
Contoh : seseorang motivator yang merasa rendah diri, tidak menguasai materi (isi pesan) yang akan disampaikan, dan lain-lain bisa menghambat kelancaran motivasi.
b.        Faktor budaya.
Contoh : agama, pendidian, adat istiadat, keparcayaan dan norma yang berbeda.
c.        Faktor sosial.
Contoh : umur, jenis kelamin, status, suku bangsa yang berbeda.
d.        Faktor lingkungan fisik.
Contoh : lokasi klinik yang jauh
2.    Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam motivasi ?
a.        Bila masyarakat pengetahuannya rendah, hendaknya dilakukan berulang-ulang.
b.        Bila letak wilayah sulit dijangkau agar ditunuk kader-kader motivator dari wilayah tersebut.
c.        Bila ada desas-desus, tanggulangi segera bersama tokoh masyarakat setempat.
3.    Apa saja yang menjadi pendorong motivasi ?
Yang termasuk faktor pendorong motivasi adalah faktor yang dapat menimbulak dan memperlancar motivasi yang meliputi :
a.    Faktor dalam yang terdiri dari :
1.    Kebutuhan manusia yaitu misalnya :
Seorang ibu ingin anaknya sehat, ibu itu mudah dimotivasi dengan mendengarkan penjelasan tentang kesehatan anak.
2.    Pengetahuan dan pengalaman misalnya :
a)    Seorang ibu yang mempunyai pengetahuan kesehatan, akan mudah dimotivasi tentang hidup sehat.
b)    Seorang ibu yang berpengalaman hidup sehat lebih mudah dimorivasi supaya meningkat kesehatan.
b.    Faktor luar yang terdiri dari :
1.    Sarana
Contoh : memotivasi kepada pemakai IUD, IUD sebagai sarana harus tersedia untuk diberikan pada pelayanan.
2.    Imbalan dan tekanan
Contoh :
a.    Pemberian penghargaan KB lestari, Beasiswa
b.    Kepada ibu-ibu yang sibuk mengurus anak yang kecil-kecil, gambarkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi bila tidak ber-KB.
3.    Panutan tokoh masyarakat
Contoh : penteladanan sikap tingkah laku tokoh.



BAB VI
SYARAT-SYARAT ISI PESAN


Bagaimana mempersiapkan isi pesan dalam melakukan motivasi ?
Dalam melakukan motivasi, isi pesan yang disiapkan harus memenuhi beberapa syarat :
a.    Pesan disusun secara menarik
b.    Pesan diberkan dengan menggunakan lambang atau simbol yang sesuai dengan pemberi pesan dan penerima pesan.
c.    Harus membangkitkan kebutuhan dan menyarankan cara pemecahan kebutuhan tersebut.
d.    Pesan harus memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan kebutuhan penerima pesan.
e.    Isi pesan harus sederhana dan mudah dimengerti.